Archive

Author Archive

Catatan facebook Ilyas

April 7, 2011 Leave a comment

Sejarah Ulang Tahun

22 مارس, 2010 10:48 ص

Ulang tahun atau Milad (dalam bahasa arab) pertama kali dimulai di Eropa. Dimulai dengan ketakutan akan adanya roh jahat yang akan datang pada saat seseorang berulang tahun, untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan keluarga diundang datang saat sesorang berulang tahun untuk memberikan do’a serta pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun. Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat tersebut. Merayakan ulang tahun merupakan sejarah lama. Orang-orang jaman dahulu tidak mengetahui dengan pasti hari kelahiran mereka, karena waktu itu mereka menggunakan tanda waktu dari pergantian bulan dan musim. Sejalan dengan peradaban manusia, diciptakanlah kalender. Kalender memudahkan manusia untuk mengingat dan merayakan hal-hal penting setiap tahunnya, dan ulang tahun merupakan salah satunya. Banyak simbol-simbol yang diasosiasikan atau berhubungan dengan ulang tahun sejak ratusan tahun lalu. Ada sedikit penjelasan mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan kue.Artemis Diana Salah satu cerita mengatakan, karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk persembahan ke kuil dewi bulan, Artemis. Mereka menggunakan kue berbentuk bulat yang merepresentasikan bulan purnama. Cerita lainnya tentang kue ulang tahun yang bermula di Jerman yang disebut sebagai “Geburtstagorten” adalah salah satu tipe kue ulang tahun yang biasa digunakan saat ulang tahun. Kue ini adalah kue dengan beberapa layer yang rasanya lebih manis dari kue berbahan roti. Simbol lain yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah penggunaan lilin ulang tahun di atas kue. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke dewi Artemis juga meletakan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986). Orang Jerman terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi. Beberapa orang jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke surga. Saat ini banyak orang hanya mengucapkan pengharapan di dalam hati sambil meniup lilin. Mereka percaya bahwa meniup semua lilin yang ada dalam satu hembusan akan membawa nasib baik. Pesta ulang tahun biasanya diadakan supaya orang yang berulang tahun dapat meniup lilinnya. Ada juga mitos yang mengatakan bahwa ketika kita memakan kata-kata yang ada di atas kue, kata-kata tersebut akan menjadi kenyataan. Jadi dengan memakan “Happy Birthday” akan membawa kebahagiaan. Pada pesta ulang tahun pertama kalinya, pesta diadakan karena orang menduga akan adanya roh jahat yang mengganggu mereka. Jadi mereka mengundang teman dan kerabat untuk menghadiri pesta ulang tahun mereka sehingga roh-roh jahat tidak jadi mengganggu yang berulang tahun. Dalam pesta-pesta selanjutnya banyak dari keluarga dan teman yang membawa kado atau bunga untuk yang berulang tahun. Saat ini kebanyakan pesta ulang tahun diadakan untuk bersenang-senang. Jika orang yang di undang tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun, biasanya mereka akan mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun. Tradisi mengirimkan kartu ucapan dimulai di Inggris sekitar 100 tahun yang lalu (Motomora, 1989). Pada awal mulanya hanya raja saja yang dirayakan ulang tahunnya (mungkin disinilah awal mulanya tradisi topi ulang tahun bermula). Seiring waktu berlalu, anak-anak juga di ikutsertakan dalam pesta ulang tahun. Pesta ulang tahun untuk anak-anak pertama kali terjadi di Jerman dan dinamakan “kinderfeste”. Tetapi saat ini, pesta ulang tahun bisa diadakan oleh siapa saja, terutama yang punya uang…

————————————————

jadi….

intinya… ke mana wala’ kita? ke mana bara’ kita?

Categories: Iseng...

Madkhol Fi Addakhil

April 6, 2011 Leave a comment

بسم الله الرحمن الرحيم

 

 

Prolog

Al-Qur’an adalah sumber utama dan utama yang dijadikan rujukan dalam setiap aktifitas kehidupan kaum muslimin, oleh karena itu penafsiran al-Qur’an sangatlah urgen dimana setiap Mufassir harus hati-hati dalam menafsirkan ayat dalam al-Qur’an. Dalam hal ini ulama sangatlah teliti dalam mendalami ilmu tafsir terutama ketika mendapatkan masalah dalam takhrij hadits atau atsar sahabat dalam penafsiran al-Qur’an.

Dari sinilah lahir ilmu addakhil fi tafsir yang membahas banyak hal tentang hadits-hadits palsu dan isroiliyat dalam tafsir al-Qur’an, sebelum jauh membahas tentang addakhil penulis akan memberikan gambaran tentang al-ashil fi tafsir yang berlandaskan dalil-dalil sahih yang berkebalikan dengan arti addakhil fi tafsir.

Bab pertama: al-ashil

  1. A.                 Definisi

 

  1. Secara bahasa :

Rojulun ashiilun ; Pemuda yg memiliki asal-usul/ silsilah, dan memiliki akal yang sabit. Bisa dilkatakan secara bahasa  “al-Ashiil” adalah “segala sesuatu yang memiliki asal usul yang pasti.

  1. Al-Ashil dalam istilah para mufassirin :
  • Tafsir yang memiliki asal-usul/ dalil-dalil dari agama.
  • Tafsir yang ruh, dan nafasnya bersandarkan Alqur’an, dan sunnah rosul, dan perkataan para sahabat, dan juga para tabi’in.
  1. Al-ashiil menurut ilmu tafsir :

Yaitu, segala penafsiran Al-qur’an  yang menyandar kepada penukilan dari ayat-ayat al-qur’an itu sendiri,dan sunnah rosul, dan perkataan para Sahabat, dan para tabi’in, ataupun dari ijtihad Para ulama (tafsir birro’yi).

B. Sumber-sumber ashiil :

1. Dalil naqli.

  • Alquranul karim.

Misal :

{ فتلقى ءادم من ربه كلمات فتاب عليه, إنه هو التوّاب الرحيم } “kalimatun” ditafsirkan dalam ayat yang lain :  { قالا ربّنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكوننّ من الخاسرين }

 

 

  • Assunnah annabawiyah.

Misal:  الذين ءامنو ولم يلبسوا  إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن و هم مهتدون Sebagaimana Rasulullah menjelaskan dalam hadistnya setelah para Sahabat bertanya : { إنّه ليس بذاكو ألا تسمع إلى قول لقمان لإبنه إنّ الشرك لظلم عظيم }

  • Perkataan para Sahabat.

yang pertama: marfu’ kepada rosul SAW.

Yang kedua: Tidak marfu’ kepada rosul, dengan 4 kondisi :

1. Sesuai ijma’ para Sahabat, dalam hal ini ulama sepakat menjadikanya sebagai landasan dalam tafsir.

2. Ikhtilaf para Sahabat, dengan masih meninggalkan fikroh tanpa adanya petunjuk kepada kebenaran pada ikhtilaf tersebut, dalam hal ini ulama tidak mengambilnya sebagai landasan dalam penafsiran dikarenakan tidak memungkinkannya menggabungkan keduanya dan tidak ada tarjih diantara masing-masing pendapat.

3.  Seperti yang kedua, akan tetapi adanya tarjih di dalamnya.

4. Tidak diketahuinya apakah itu termasuk ijma’ sahabat atau masih dalam ikhtilaf, akan tetapi hanya ada beberapa atsar saja tanpa ada yang menyelisihi atsar tersebut, dalam kondisi 3 & 4 ini dimungkinkan untuk mengambil salahsatu diantaranya yang rajih dengan syarat tidak bertentangan denga yang lainya.

  • Perkataan para tabi’in.

Ulama berbeda pendapat dalam hal ini, Hanya saja apabila derajatnya  marfu’ kepada nabi SAW maka wajib hukumnya untuk mengambilnya dan sebaliknya, dikarenakan banyak dari tabiin yang mengambil sanadnya dari para sahabat.

 

2. Ro’yun dan Ijtihad para Ulama.

Tafsir bil ro’yi termasuk sumber/masdar  dari Ashiil, hal ini hanya bisa dilakukan ketika tidak didapatkan dalam masdar-masdar diatas, itupun setelah  memenuhi syarat-syarat sebagai mujtahid dan tidak berdasarkan hawa nafsu.

 

 

Bab kedua: addakhil

  1. A.                 Definisi

 

  1. 1.                  Secara bahasa

Secara bahasa, kata ad-dakhil dalam bahasa arab memiliki banyak arti, Fairuzzabaadi dalam kamusnya Al-Muhit mengartikan kata dakhil sebagai sesuatu yang masuk ke dalam tubuh manusia ataupun akalnya berupa penyakit atau sesuatu yang jelek. Menurut Zamakhsyari Dakhil merupakan suatu penyakit atau aib yg masuk ke alam tubuh atau ke dalam makanan sehingga merusaknya, sedangkan masyarakat Arab memaknainya sebagai suatu kata atau bahasa asing yang masuk dan bercampur ke dalam bahasa Arab. Dapat disimpulkan, arti dakhil secara bahasa adalah; makar, rekayasa, aib dan kerusakan.

 

  1. 2.                  Secara istilah

 

Sedang makna dakhil secara istilah menurut ulama tafsir, sebagaimana yang di defenisikan oleh Dr. Ibrahim Khalifah adalah; penafsiran Al-Quran yang tidak memiliki sumber jelas dalam Islam, baik itu tafsir menggunakan riwayat-riwayat hadits lemah dan palsu, ataupun menafsirkannya dengan teori-teori sesat sang penafsir (karena sebab lalai ataupun disengaja). Sedang, Dr. Abdul Wahhab memaknai dakhil dengan; menafsirkan Al-Qur’an dengan metode dan cara yang diambil bukan dari Islam.

 

  1. B.                 Sebab-sebab addakhil dalam tafsir

 

Ketika Rasulullah saw. hidup, para sahabat menanyakan langsung kepada beliau apa-apa yang tidak mereka pahami berkenaan dengan urusan agama dan makna Al-Quran. Sebab itulah, saat beliau berada di penghujung hayatnya, Allah swt. menetapkan bahwa syariat yang dibawanya telah sempurna. Maka setelah Rasulullah saw. wafat tidak ada lagi penambahan ataupun pengurangan dalam masalah Syari’at. Tidak ada seorangpun diantara sahabat yang berdalil tentang keesaan Allah SWT dan kerasulan Muhammad SAW kecuali dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Mereka tidak mengetahui sedikitpun tentang perdebatan ilmu kalam dan masalah filsafat. Oleh karenanya semua permaslahan yang mereka hadapi, mereka dikembalikan kepada Rasulullah SAW. Ketika para sahabat mendapatkan beberapa ayat yang sulit dipahami maknanya, mereka bertanya langsung kepada Nabi saw. tentang ayat-ayat itu. Oleh karena itulah semua penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur`an adalah sahih dan benar. Kemudian berlanjut ke masa Tabi’in. Di masa ini mulai terdapat kelemahan dalam tafsir. Mereka kurang berpegang kepada Manhaj para sahabat dalam menyaring berita yang datang dari Ahlul Kitab dan tidak juga menelitinya dengan mendalam. Ada beberapa Tabi’in yang memasukan dongeng-dongeng dan cerita-cerita Isrâ`iliyât yang aneh dan asing. At-Thobari di dalam kitab tafsirnya banyak mencantumkan dongeng-dongeng Isrâ`iliyât itu. Diantaranya adalah Isrâ`iliyât yang nisbahkan kepada Mujahid, Ikrimah, Said bin Jubair dan lain-lain.
Cerita-cerita Isrâ`iliyât bertambah lebih banyak lagi pada masa setelah Tabi’in. Orang yang paling dikenal banyak memasukan cerita isroiliyyat antara lain adalah Muhammad bin Saib Al-Kalbi, Maqotil Bin Sulaiman, dan Muhammad Bin Marwan As-Sadi Ash-Shogir.

 

 

 

 

Diantara sebab-sebab addakhil dalam tafsir adalah sebagai berikut:

 

  1. Kaum Zanadiq dan kebenciannya terhadap islam.
  2. Para dai-dai politik yang membuat hadits palsu demi kepentingan politik.
  3. Para pendongeng yang dengan hawa nafsunya mereka mereka-reka cerita palsu.
  4. Mereka yang bodoh tentang agama meskipun dengan maksud yang baik akan tetapi keliru dalam sisi manhaj atau metodenya.
  5. Mereka yang dibawah ketiak pemimpin dengan membuat dalil atau hadits-hadits palasu yang membenarkan segala tindak tanduk pemimpinnya tanpa mengindahkan syariat Allah.
  6. Mereka yang mengambil addakhil sebagai profesi mereka dan mengambil upah darinya, dengan membuat hadits-hadits palsu.
  7. Banyaknya firqoh-firqoh ahlul bid’ah yang mana mereka menjadikan hawa nafsu mereka sebagai acuan dalam hidupnya.

 

 

 

  1. C.                 Yang masyhur dalam periwayatan addakhil

Ka’ab bin Al-Ahbar

Namanya Ka’ab bin Mati’ Al-Himyari. Nama kunyahnya Abu Ishaq. Dulu dia adalah pendeta yahudi. Karena itulah dia dijuluki dengan al-ahbar, masuk islam ketika khalifah Umar bin Al-Khaththab radiyallahu anhu memerintah, Dia adalah  tabiin yang mempunyai banyak ilmu tentang Taurat.

Para ulama banyak yang memujinya bahkan tidak meragukan ke ‘adalah an Ka’ab, sebab banyak dari kalangan sahabat yang mengambil sanad darinya seperti sahabat Abi Hurairah dan Ibn Abbas radiyallahuanhuma, namun ada juga sebagian ulama yang meragukan ke ‘adalah an Ka’ab, seperti ustadz Ahmad Amin dalam kitabnya fajrul islam: “dan banyak dari ahli hadits yang tsiqoh tidak meriwayatkan dari Ka’ab diantaranya Ibn Qutaibah dan An-Nawawi adapun ibn Jarir hanyalah sedikit yang diriwayatkan dari Ka’ab”.

Duktur Husain Muhammad Ibrahim mengomentari pendapat ustadz Ahmad Amin bahwa tidak meriwayatkannya Ibn Qutaibah dan annawawi tidak bisa dijadikan hujjah untuk ketidak adalahan Ka’ab, dikarenakan telah disebutkan bahwa para sahabat seperti Abu hurairah telah meriwayatkan dari Ka’ab. Semoga pendapat adzhabi lebih tepat dalam menanggapi masalah ini, benar bahwa ka’ab adalah sumber dari banyaknya riwayat isroiliyat, akan tetapi pada waktu itu Kaab tidak memplokamirkan bahwa ini adalah tafsiran dari al-Qur’an surat ini dan ayat ini, akan tetapi murni dari kisah-kisah yang ada di taurat sebagaimana dijuluki sebagai al-ahbar. Lalu generasi setelahnyalah yang mencampuradukkan isroiliyat ini. Wallahu a’lam.

Wahab bin Munabbah

Wahab bin Munabbah bin kamil alyamani assonani addzimmari, meriwayatkan hadits dari sahabat Abi hurairah dan Abi Said alkhudri dan Ibn Abbas.

Penulis tidak akan berpanjang lebar disini karena sama halnya dengan Kaab alahbar, tabiin wahab bin munabbah adalah perawi yang tsiqoh melainkan generasi setelahnya yang menisbatkan namanya dalam addakhil, dan beberapa tokoh yang terkenal dalam dakhil lainnya adalah: Muhammad bin as-saib al-kalabi yang terkenal dengan periwayatan hadits palsunya dan isroiliyat dan dia merupakan pengikut dari Abdullah bin saba’ seorang yahudi.

Maqotil bin Sulaiman dan tafsirnya yang terkenal dengan banyak isroiliyat didalamnya, hal ini dikarenakan tidak mengkhususkan nash sahih saja melainkan campur aduk antara yang sahih dan yang tidak. Sama halnya Ibn Juraih yang ulama berbeda pendapat dalam ke tsiqohannya. Imam Suyuti berkata dalam al-Itqon:” ibnu Juraih dalam riwayatnya ada yang sahih dan saqim.

Muhammad bin marwan bin as-Sadyi termasuk murid dari Muhammad bin saib al-kalabi imam as-Suyuti mmengatakan :” apabila periwayatan yang dinisbatkan kepada ibn Abbas melalui jalur Muhammad bin marwan adalah termasuk kedalam silsilah kadzb.

 

  1. D.                 Unsur-unsur yang terkandung dalam addakhil

 

Pada intinya addakhil dalam tafsir tidak lepas dari 2 faktor inti:

 

Yang pertama: addakhil manqul

 

Yaitu yang didasarkan oleh nash-nash palsu yang disandarkan kepada rasulullah atau para sahabat dan tabiin. Addakhil manqul meliputi:

  1. hadits-hadits maudlu’.
  2. Hadits-hadits dhaif
  3. Yang dinisbatkan kepada sahabat dan tabiin
  4. Yang dinukil dari ahli kitab dan tidak ada asalnya dari islam

Yang kedua:addakhil yang dilandaskan pemikiran-pemikiran sesat.

dalam hal ini firqoh-firqoh sesat sebagai  penggeraknya. Ini memiliki tiga kesalahan mendasar didalamnya:

  1. Kesalahan dalam pemahaman yang terjadi disebabkan kurangnya syarat-syarat dalam berijtihad meskipun dengan maksud yang baik, dan mereka menjadikan ini sebagai titik utama dalam pemikirannya.
  2. Mereka yang berpegang hanya kepada dahir nash tanpa mengindahkan makna yang tersirat didalamnya.
  3. Mereka yang mengikuti hawa nafsu mereka dalam menafasirkan nash quraniyah, hal ini banyak dialami mereka yang taassub terhadap madzhab tertentu.

 

 

  1. E.                 Contoh addakhil dalam tafsir

 

Kisah Nabi Ayyub as.

 

Salah satu kisah yang banyak ditambahi dogeng-dogeng adalah kisah Nabi Ayyub as. Banyak riwayat yang menceritakan tentang kisah beliau, namun kebanyakan cerita itu tidak layak bagi seorang Nabi.

 

Diantara riwayat yang mengkisahkan beliau adalah sebagai berikut. Qotadah ra. meriwayatkan, dia berkata, “Nabi Ayyub telah kehilangan harta dan keluarganya, dijasadnya terdapat banyak binatang, dia diuji selama 7 tahun lebih, beliau diasingkan di Sinagoge, lalu Allah mengganti seluruh ujian itu dengan pahala yang besar dan juga nikmat yang jauh lebih baik daripada sebelumnnya.

 

Hasan Al-Bashri dan Qotadah berkata : “Nabi Ayyub diuji oleh Allah selama tujuh tahun lebih, beliau diasingkan di sinagogenya bani Isroil, bermacam-macam binatang hidup di badannya, maka Allah mengganti dari seluruh ujian itu pahala yang besar dan memujinya dengan sebaik-baiknya pujian”.

Berkata Wahab bin Munabbah: “Nabi Ayyub mengalami musibah selami tiga tahun tidak kurang tidak lebih”. Berkata As-Sadi: Daging Nabi Ayyub digerogoti, tidak ada yang tersisa kecuali urat dan tulangnya.

 

Ibnu Hatim meriwayatkkan dengan sanadnya dari Az-Zuhri dari Anas bin Malik bahwa Rosulullah bersabda: Sesungguhnya Nabi Ayyub diuji oleh Allah selama 18 tahun, maka teman-temman jauh dan dekatnya menjauhinya kecuali dua orang saja, mereka adalah teman khususnya. Keduanya memberi makan Nabi Ayyub dan memboyongnya. Maka berkata salah seorang diantara mereka. Apakah kamu tahu? Demi Allah sesungguhnya Ayyub telah berbuat dosa yang belum pernah dilakukan seorangpun di jagat raya ini. Maka sahabatnya itu berkata. Apakah itu? Ia menjawab : selama 18 tahun ia tidak Allah kasihi, maka Allah menyembuhkannya. Maka ketika ia menghadap Nabi Ayyub ia tidak sabar dan menyebutkannya hal itu. Maka Nabi Ayyub berkata : Aku tidak tahu apa yang kamu katakan. Selain Allah mengetahui sesungguhnya aku menyuruh dua orang yang sedang bertengkar. Maka keduanya mengingat Allah. Maka Aku kembali ke rumahku. Maka aku menyembunyikan dari mereka hawatir mereka akan mengingat Allah kecuali pada kebenaran.

 

Ibnu katsir berkata: hadits ini sampai kepada Nabi dengan predikat ghorib sekali. Sekalipun Al-Hafidz ibnu Hajar mengatakan : hadits yang paling sohih mengenai kisah Nabi Ayyub adalah apa yang diriwayatkan oleh ibnu Abi Hatim dan ibnu Jarir. Dan disahkan oleh ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan sanad dari Anas bin Malik seperti hadits di atas.

 

Para peneliti berkomentar tentang penyandaran kepada Rosulullah SAW ini. bisa jadi hadist ini adalah buatan para pembuat hadits palsu yang menyusun sanad untuk sebuah matan hadits agar dianggap hadits marfu’ dan sohih. Atau bisa jadi ini adalah isroiliyyat yang diada-adakan oleh bani isroil terhadap Nabi mereka. Dan Imam Ibnu Hajar bisa saja beliau mensohihkan apa yang bertentangan dengan dalil akli dan naqli. Sebagaimana yang dilakukannya pada kisah al-Gorroniik,Harut dan Marut, dan semua yang diriwayatkannya baik itu mauquf atau marfu’ tidak keluar dari apa yang dikatakan oleh wahab bin Munabbah dalah kisah Nabi Ayyub.

 

Ini merupakan dalil yang kuat bahwa kebanyakan apa yang diriwayatkan tentang kisah Nabi Ayyub diambil dari ahli kitab yang masuk islam. Para pembuat cerita menambah cerita Nabi Ayyub ini supaya orang-orang terenyuh hatinya.

 

Sedangkan kisah yang benar tentang Nabi Ayyub adalah bahwa Al-Quran telah menceritakan kisah  ini melalui perantara Nabi-Nya. Allah telah menguji Nabi Ayyub AS pada badannya, hartanya dan keluarganya maka ia bersabar sehingga Allah menjadikan Ia sebuah suritauladan kesabaran.

 

 

Allah memujinya dalam Al-Quran: “dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), Maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati Dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah Sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan-nya) (Qs As shad : 44).

 

Ujian merupakan sebuah keniscayaan bagi seorang mu’min, yang wajib dilakukan bagi seorang mu’min adalah berkeyakian seperti apa yang di kisahkan oleh Al-Quran, tidak menambah-nambah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Zanadiqoh dan ahli kitab.Mereka memperlakukan Nabi-Nya secara tidak pantas. Dan tidak tidak perlu merasa aneh dengan prilaku bani isroil terhadap Nabi mereka. Terlebih-lebih mereka telah berkata yang tidak pantas kepada tuhan mereka. Yang mesti kita yakini adalah berkeyakinan bahwa Nabi Ayyub AS diuji tetapi tidak sampai seperti apa yang dikisahkan oleh mereka, bahwa Nabi Ayyub terkena penyakit kusta yang menjadikan kulitnya penuh luka, bahkan dagingnya digerogoti sampai habis, orang-orang menjauhinya karena merasa jiji dan takut tertular.

 

Kemudian bagaimana dengan para pengikutnya yang beriman. Apakah mereka menjauhi Nabi ayyub karena penyakit yang di deritanya? Bagaimana keimanan bisa berbuat seperti itu?. Sebenarnya kisah yang mereka buat itu adalah kisah yang lemah dan tidak bisa pertahankan ketika dikritik dan tidak bisa juga dikuatkan oleh akal sehat. Penyakit yang diderita oleh Nabi Ayyub adalah penyakit yang tidak membuat orang lain menjauh darinya, tidak menular dan tidak pula menjijikan sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Buktinya Allah menyuruh Nabi Ayyub untuk memukul tanah dengan kakinya maka terpancarlah air . WAllahu a’lam bish-showwab. Ini adalah satu contoh yang ada diantara banyak kisah-kisah isroiliyat yang ada.

 

Sebagai tholibul ‘ilmi hendaknya kita berusaha memilah-milah antara yang benar atau sekedar isroiliyat yang dibuat agar aqidah seorang muslim tercampur aduk. Dan bisa menjelaskan kepada ummat agar mereka tidak terjerumus dalam kesesatan. “man yahdillahu fahuwal muhtadi, wa man yudhlil faulaaika humul khosirun”.

 

 

Adapun contoh addakhil dalam tafsir pada masa sekarang:
Ahmadiyah dan kenabian Mirza Ghulam Ahmad.

Pada tahun 1880 M. seorang kewarganegaraan India yang bernama Ahmad Badr Khan, atas perintah Iggris yang kala itu menjajah India, mencoba menafsirkan Al-Qur’an dan menolak serta menghilangkan ayat-ayat yang mewajibkan jihad, dengan alasan bahwa berperang melawan pemerintah Inggris adalah bentuk pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dari sinilah awal mula berdirinya ajaran Ahmadiyah dengan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabinya.

Sepeninggal Ahmad Badr Khan, pemerintah kolonial Inggris kemudian menunjuk Mirza Ghulam Ahmad untuk melanjutkan dan menyebarkan ajaran yang sempat tertunda yang telah siprakarsai oleh Ahmad Badr Khan dan pemerintah Inggris, selanjutnya ia membentuk ajaran baru dalam Islam (lebih tepatnya sebagai agama baru) dengan nama Ahmadiyah yang diambil dari namanya serta nama pendahulunya, dari sinilah kemudian ia memproklamirkan diri sebagai Nabi baru Ahmadiyah sebagai penerus Nabi Muhammad Saw. Demi menguatkan ajarannya, Ghulam Ahmad serta para pengikutnya menukil ayat Al-Qur’an dan menyelewengkannya dengan membuat tafsiran baru, agar klaim kenabian Ghulam Ahmad dapat diterima, mereka berdalil dengan ayat Al-Qur’an:

الله يصطفي من الملائكة رسلا ومن الناس ان الله سميع بصير

Artinya: “Allah memilih utusan-utusan-Nya dari para malaikat dan juga dari manusia, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al-Hajj: 75).

Dengan menggunakan ayat inilah Ahmadiyah mengklaim kenabian Ghulam Ahmad, mereka mengatakan bahwa kata يصطفي adalah bentuk kata kerja mudhor’i, yang dalam bahasa arab menunjukkan kata kerja yang sedang berlangsung, itu artinya Allah selalu mengutus makhluknya baik itu dari golongan malaikat maupun manusia sebagai Rosul atau Nabi. Mereka beranggapan bahwa kenabian tidak terputus hanya sampai Nabi Muhammad saja , melainkan terus berlanjut dan akan ada Nabi-Nabi selanjutnya sebagai pelengkap dan penerus risalah Islam juga pembaharu Syariat.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

  1. Al-Qur’an karim.
  2. Addakhil fi tafsir quranil karim, Dr. Husain Muhammad Ibrahim.
  3. Tafsir wa mufassirun, Addzahabi.
  4. Addkhil fi tafsir thabari fi isro’, abu firoh Muhammad ahmad Ibrahim.
  5. Addakhil fi tafsir, tarjamatu ahmadiyah, abu firoh Muhammad ahmad Ibrahim.
  6. Addakhil fi tafsir, suwailim sayid ahmad.
  7. http://kifayahplus.blogspot.com/2008/11/dakhil-dan-israiliyat.html
  8. http://kajian-islah.blogspot.com/2009/04/dakhil-dalam-tafsir-al-quran.html
  9. Lisanul arab, Ibn Mandzur

 

           

 

 

Categories: kajian sabi'

Madkhol Ilmu Fiqih

April 2, 2011 Leave a comment

بسم الله الرحمن الرحيم

MADKHOL ILMU FIQIH

oleh : Mas’ud Ahmad Uhruri

A. Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa berarti ‘paham’, seperti dalam firman Allah pada ayat-ayat dibawah berikut ini:

فما لهؤلاء القوم لا يكادون يفقهون حديثا…… النساء : 78

وطبع على قلوبهم فهم لا يفقهون…… التوبة : 87

قالو يا شعيب ما نفقه كثيرا مما تقول…. هود : 91

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yg menunjukan akan makna fiqih.

Sedangkan fiqih menut istilah adalah Pengetahuan tentang hukum-hukum syari’at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari’at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash-nash al Qur’an dan As sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma’ dan ijtihad.

B. Perlunya syari’ah dan fiqih bagi manusia

Dalam pembahasan ini terdapat beberapa pertanyaan,

1. Apakah manusia membutuhkan Syari’ah dan fiqih dalam kehidupan mereka ??

2. Apakah termasuk sebuah hal yang doruri bagi manusia untuk berpegang teguh dan menjalankan syari’ah dan fiqih dalam kehidupan mereka ??

3.      Atau bahkan manusia tidak membutuhkan samasekali syari’ah dan fiqih dalam kehidupan mereka ??

Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui :

“ Siapakah manusia itu ?? Mengapa dan untuk apa Alloh menciptakan Manusia ?? dan apa perannya dalam kehidupan di dunia ini ?? “

Kemudian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka kita akan sedikit keluar dari pembahasan kita tentang fiqih, karena seperti kita tahu bahwa pembahasan tentang manusia dan tujuannya ini masuk dalam pembahasan Usulul Aqidah dan Usulul Kalam, tetapi kita akan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dari segi syari’ah yang sedang kita bahas dan tidak terlalu berpanjang lebar.

Alloh SWT berfirman :

الذى خلق فسوى. والذى قدر فهدى…. سورة الاعلى : 4-3

Dan firman Alloh melalui perkataan Musa dan Harun ketika menjawab pertanyaan Fir’aun

قال ربنا الله الذى اعطى كل شيئ خلقه ثم هدى….. سورة طه : 50

Jadi manusia adalah sebagaimana kita ketahui mereka yang hidup dimuka bumi ini yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang memulai kehidupan dari ketika dilahirkan sampai menemui ajalnya.

Sedangkan kenapa dan untuk apa manusia diciptakan ? telah sepakat seluruh pemahaman manusia bahwa manusia diciptakan dimuka bumi ini dari sejak dalam rahim sampe dilahirkan dan melalui proses-proses alamiah yang terjadi pada manusia pada umumnya, ini semua adalah karena keagungan dan kekuasaan Alloh SWT.

Tetapi keadaan manusia dari semenjak dilahirkan sampai menghadap robnya kembali, ini semua tidaklah dikatakan sempurna kecuali ketika Alloh memberikan hidayah kepada mereka. Sebagaimana firman Alloh :

الذى خلق فسوى. والذى قدر فهدى….

jadi maksudnya Alloh menciptakan seluruh manusia dan menyamakan kedudukan diantara mereka dan memberikan segala sesuatu yang dimiliki manusia dari sifat-sifat dan keutamaan-keutamaan manusia. Dan kemudian dalam kalimat فهدى yaitu Alloh memberikan Hidayah kepada manusia, dan yang dimaksud hidayah disini adalah Syari’ah dan Hukum-hukum serta peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehingga menjadi ciptaan Alloh yang sempurna dimuka bumi ini.

Kemudian dalam ayat lain :

قالا ربنا الله الذى اعطى كل شيئ خلقه ثم هدى….. سورة طه : 60

Maksud dari ayat ini adalah Alloh menciptakan manusia dan memberikan segala ni’matNYA  kemudian menyempurnakan ni’matNYA dengan memberikan hidayah, yaitu syari’ah dan hukum-hukum serta peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan manusia dimuka bumi sehingga menjadi ciptaan Alloh yang paling sempurna.

Jadi, demikianlah jawaban dari

“Apakah manusia membutuhkan dan perlu syariah dan fiqih dalam kehidupan di dunia ??

C. Keutamaan-keutamaan syari’ah dan fiqih

Diantara keistimewaan fiqih Islam -yang kita katakan sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf- memiliki keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah dan rukun-rukun aqidah Islam yang lain. Terutama Aqidah yang berkaitan dengan iman dengan hari akhir. Yang demikian Itu dikarenakan keimanan kepada Allah-lah yang dapat menjadikan seorang muslim berpegang teguh dengan hukum-hukum agama, dan terkendali untuk menerapkannya sebagai bentuk ketaatan dan kerelaan. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Allah tidak merasa terikat dengan shalat maupun puasa dan tidak memperhatikan apakah perbuatannya termasuk yang halal atau haram. Maka berpegang teguh dengan hukum-hukum syari’at tidak lain merupakan bagian dari keimanan terhadap Dzat yang menurunkan dan mensyari’atkannya terhadap para hambaNya.

Sebagai contoh, seperti shalat dan zakat yang Allah kaitkan dengan keimanan terhadap hari akhir, sebagaimana firman-Nya:

الذين يقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة وهم با الاخرة هم يوقنون….. سورة النمل : 3

Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan teratur. Manakala fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah syari’atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah mereka, maka fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.

Kalau kita memperhatikan kitab-kitab fiqih yang mengandung hukum-hukum syari’at yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah Rasulnya, serta Ijma’ (kesepakatan) dan Ijtihad para ulama kaum muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi kehidupan manusia baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat. Yang perinciannya sebagai berikut:

1.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah. Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.

2.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan Fikih Al Ahwal As sakhsiyah.

3.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut Fiqih Mu’amalah.

4.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari’at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma’siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah Syar’iah.

5.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al ‘Ukubat

6.      Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini dinamakan dengan Fiqih As Siyar

7.      Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang buruk. Dan ini disebut dengan adab dan akhlak.

Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya meliputi semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan pribadi dan masyarakat.

WALLOHU A’LAM……

Categories: kajian sabi'

Ya Allah..Hanya KepadaMu Aku Memohon

March 30, 2011 Leave a comment

Aku tahu nafsu itu menyuruh kepada kejelekan..
Aku tahu nafsu itu datang dari syetan yang terkutuk..
Aku tahu nafsu itu benci terhadap kebaikan..
Aku tahu nafsu itu …
Ya..Aku tahu..

Mengapa engkau masih menurutinya..
Mengapa engkau mau menjadi budaknya..
Mengapa engkau masih setia bersamanya..
Mengapa engkau..
Ya.. mengapa..

Apakah mata hatimu telah buta olehnya..
Apakah mata hatmu tertutup olehnya..
Apakah mata hatimu teracuni olehnya..

Ku takut akan AzabMu Ya Allah..
Ku takut akan JahanamMu Ya Allah..
Ku takut akan JahimMu Ya Allah..

Ku memohon MaghfirohMu Ya Allah..
Ku memohon HidayahMu Ya Allah..
Ku memohon FirdausMu Ya Allah..

Yaa Allah..
Yaa Ghoffar..
Yaa Haadii..

Yaa Allah..hanya kepadaMu aku memohon.

Categories: Uncategorized

Wajibnya Ghodul Bashor..

March 29, 2011 Leave a comment

Allah berfirman:

أ‌/ قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون/ النور: 30

ب‌/ و قل للمؤمنات يغضضن من أبصارهنّ و يحفضن فروجهن ولا يبدين زينتهنّ إلّا ما ظهر منها وليضربن بخمرهنّ على جيوبهنّ ولا يبدين زينتهنّ إلّا لبعولتهنّ أو ءابآئهن أو ءابآء بعولتهنّ أو أبنآئهنّ أو ابنآء بعولتهنّ أو إخوانهنّ أو بنى إخوانهنّ أو بنى أخواتهنّ أو نسائهنّ أو ما ملكت أيمانهنّ أو التابعين غير أولى الإربة من الرجال أو الطفل الذين لم يظهروا على عورات النساء ولا يضربن بأرجلهنّ ليعلم ما يخفين من زينتهنّ و توبوا إلى الله جميعا أيها مؤمنون لعلكم تفلحون/ النور:31

ت‌/ و القواعد من النساء اللاتي لا يرجون نكاحاً فليس عليهنّ جناح أن يضعن ثيابهنّ غير متبرّجاتٍ بزينةٍ و أن يستعففن خيرٌ لهنّ و الله سميعٌ عليمٌ/ النور: 60

“Ghodul Bashor”

Dalam ayat diatas Allah SWT menggunakan kalimat “من أبصارهنّ”/”من أبصارهم” yaitu “min” yg menunjukkan sebagaian, oleh karena itu: “Allah SWT tidak memerintahkan kita untuk menggunakan penglihatan kita dengan segala jangkauan dalam melihat, melainkan menggunakannya dalam aturan-aturan yang telah di tetapkan oleh syari’at islam.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits nya:

“إيّاكم و الجلوس على الطرقات”

قالوا :  يا رسول الله لابد لنا من مجالسنا نتحدث فيها

فقال رسول الله صلى الله عليه و سلّم : إن أبيتم فأعطوا الطريق حقه

قالوا : فما حقه؟

قال: غض البصر, و كف الأذى, و رد السلام, والأمر با المعروف و النهي عن المنكر

Dalam hadits tersebut terdapat perintah untuk tidak membuat suatu” majlis” atau “kumpulan” atau istilah sekarang disebut “kongkow”di jalanan umum, asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan, yaitu:

1.       Menahan pandangan (Ghodul Bhashor).

2.       Tidak mencelakai orang lain (Kafful Adza).

3.       Menjawab salam (Roddus Salam).

4.       Amar ma’ruf nahi munkar .

Maka dari itulah diperintahkan bagi seorang muslim untuk menjaga pandangannya. Seorang laki-laki akan berdosa apabila melihat aurat wania, begitu juga sebaliknya seorang wanita akan berdosa apabila melihat aurat laki-laki. Dan seorang laki-laki akan berdosa apabila melihat aurat laki-laki lainnya, begitu juga seorang wanita terhadap wanita lainnya.

Sebagaimana dalam hadits:

(لا ينظر الرجل إلى عورة الرجل, و لا تنظر المرأة إلى عورة المرأة)

Adapun Aurat Laki-Laki:

Mulai dari pusar sampai ke lutut, sebagaimana dalam hadist:

Dari Abi Ayyub al-Anshory rosulullah SAW bersabda:

عورة الرجل ما بين سرّته إلى ركبتيه

Adapun Aurat Wanita:

Yaitu seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, sebagaimana dalam hadist:

(إنّ المرأة إذا بلغت المحيض: لم تصلح أن يرى منها إلّا هذا و هذاو و أشار إلى وجهه و كفّيه)****

Pengecualian Dalam Ghodul Bashor:

Ada dua pengecualian yang dibolehkan islam dalam Ghodul Bashor, yaitu:

1.       Pandangan sepintas / النظرة المفاجأة.

Adapun maksudnya adalah pandangan yang terjadi secara tidak sengaja atau tiada bermaksud, Rasulullah SAW berkata kepada sayidina Ali R.A :

يا علي لا تتّبع النظرة النظرة, فإنّ لك الأولى, و ليس لك الأخرة

2.       Dalam beberapa hal tertentu yg di boleh kan syari’at.

Seperti dalam mengkhithbah, Rasulullah SAW bersabda:

إذا خطب أحدكم المرأة, فلا جناح عليه أن ينظر إليها, إذا كان إنّما ينظر إليها للخطبة

Atau dalam hal yg lain yang termasuk dalam keadaan yang mengharuskan (dlururot) seperti seorang dokter kepada pasien, qodli yang harus melihat saksi, dan sebagainya.

Categories: Iseng...

Surat Untukku..

March 28, 2011 Leave a comment

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji hanya milik Allah, sesembahan seluruh makhluk dan shalawat kepada Rasul akhir zaman, Muhammad Shalallohu’alaihi Wassalam.

Telah kuterima suratmu akhi, diantara gerimis hujatan dan cercaan para penguasa dzolim. Sepucuk suratmu telah membangkitkan perasaan dan semangatku. Dari balik jeruji besi ini, aku sampaikan bahwa aku baik dan selalu dalam lindungan Allah, Pemelihara alam semesta dan sesembahan segala makhluk. Tiada kenikmatan yang mampu aku rasakan kecuali dalam jeruji ini. Satu kenikmatan yang hanya aku yang mampu merasakannya.

Akhi, aku wasiatkan kepada antum dan seluruh ikhwan yang telah mengazzamkan dirinya kepada JIHAD dan MATI SYAHID untuk terus berjihad dan bertempur melawan syetan akbar, Amerika dan Yahudi Laknat.

Akhi, jagalah selalu amalan harian antum. Sebab dengan itulah kita berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunah akhi, sebab itulah yang akan menyelamatkan kita dari bahaya futur dan malas hati.

Akhi, jagalah malammu kepada Allah azza wa jalla. Selalulah isi malam-malammu dengan sujud kepada-Nya dan pasrahkan diri antum sepenuhnya kepada kekuasaan-Nya. Ingatlah akhi, tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Ingatlah selalu akan janji kita, untuk selalu membentuk generasi pengganti. Satu generasi yang mereka mencintai kematian sebagaimana musuh-musuh Allah mencintai kehidupan. Bangkitkan generasi yang siap menjadi pasukan-pasukan Allah. Binalah suatu generasi yang mereka siap selalu untuk menjadi manusia penghancur kekafiran dan kebathilan. Bangunkan pemuda yang siap menjadi pasukan syahid yang akan menggentarkan musuh Allah, musuh Islam, dan musuh kaum Muslimin.

Kepada antum yang telah mengikrarkan dirinya untuk bertempur habis-habisan melawan anjing-anjing kekafiran, ingatlah perang belumlah usai. Justru saat inilah baru dimulai peperangan yang sesungguhnya. Lakukanlah aksi-aksi syahid di manapun antum semua berada. Janganlah takut cercaan orang-orang yang suka mencela, sebab Allah di belakang kita akhi. Jikalau teror yang selama ini kita lakukan membuat gentar dan takut, maka teruslah lakukan ke atas semua kepentingan musuh kita. Janganlah kalian bedakan antara sipil kafir dengan tentara kafir. Sebab yang ada dalam Islam hanyalah dua, ia adalah ISLAM atau KAFIR. Tidak ada beda antara sipil kafir dengan tentaranya. Jika kalian mampu membunuh troop-troop mereka, itu lebih baik bagi kalian daripada ibadah sunah kalian.

Akhi, bersabarlah dengan semua ujian yeng menimpa kita ini. Ingatlah semakin berat ujian ini, semakin dekat pula pertolongan Allah untuk pasukan kita. Buatlah sehingga orang-orang kafir itu tidak kerasan dengan kekafiran mereka di muka bumi ini. Jadikan darah mereka seperti darah anjing yang hina dina. Lakukanlah teror atas mereka sebagaimana mereka melakukan teror dan pembantaian atas saudara kita di Palestina, Afghanistan dan seluruh penjuru bumi. Jika mereka membantai satu saudara kita, bantailah seratus orang dari mereka. Jika mereka membantai sepuluh orang saudara kita, bantailah seribu orang dari mereka, atau bahkan kalau bisa lebih dari itu.

Akhi, jadikan hidup antum penuh dengan pembunuhan terhadap orang-orang kafir. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semuanya, sebagaimana mereka telah membunuh kita dan saudara kita semuanya. Bercita-citalah menjadi penjagal orang-orang kafir. Didiklah anak cucu antum menjadi penjagal dan teroris bagi seluruh orang-orang kafir. Sungguh akhi, predikat itu lebih baik bagi kita daripada predikat seorang muslim tetapi tidak peduli dengan darah saudaranya yang dibantai oleh kafirin laknat. Sungguh gelar teroris itu lebih mulia daripada gelar ulama namun mereka justru menjadi penjaga benteng kekafiran. Sungguh sebutan teroris itu lebih berharga daripada gelar penguasa muslim, namun mereka justru menjadi mesin pembantai kaum Muslimin. Jika kalian membenci dan memusuhi gelar yang diberikan oleh musuh Allah terhadap kita, maka melalui jalan mana lagi kita akan masuk jannah.

Ingatlah akhi, Jannah itu diraih dengan jalan pedang dan pertempuran. Jannah itu diraih dengan darah dan air mata. Jannah itu diraih dengan pembantaian dan kebinasaan. Islam itu ditegakkan dengan perang dan simbahan darah dan air mata. Tidaklah Islam itu jaya melainkan berdiri di atas darah dan tulang belulang para syuhada. Maka, jika kalian tidak sempat mengecap kemenangan Islam, maka kalian akan mengecap nikmatnya Jannah yang telah dijanjikan Allah kepada para pembela dan pengawal Islam.

Ingatlah selalu penderitaan orang-orang tua kita. Kenanglah selalu jerit tangis anak-anak kita. Janganlah hapus dari ingatan antum pencabulan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Muslimah kita. Berjanjilah untuk membalasnya akhi. Berjanjilah, bunuhlah para pemimpin orang-orang kafir itu. Hancurkan kesombongan mereka dan hinakan harga diri mereka. Janganlah kalian berhenti memerangi mereka hingga Islam menang atau antum hancur dalam peperangan. Aku akan selalu berdo’a untuk kemenangan Islam, kemenangan antum dan kemenangan pasukan kita, di antara hardikan dan cambukan anjing sipir penjara.

Sekian saja akhi. Bersabarlah dan selalu istiqomah. Alloh di belakang kita, masa depan milik Islam. Allahu Akbar…Allahu Akbar dan kekuatan hanya milik Allah semata.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dari saudaramu FATIH, di antara jeruji besi penguasa kafir Indonesia.

 

Categories: Iseng...

Bahwa Surga Meminang Segalanya..

March 27, 2011 Leave a comment

As-Syahid AL-Khattab


Beliau dilahirkan di kota ‘Ar’ar sebelah utara Saudi Arabia dengan nama asli Samir bin Sholeh bin Abdillah As-Suwailim pada tanggal 26 Muharram 1389 H (14 April 1969M). Khattab adalah anak kelima dari lima bersaudara dan hidup di keluarga yang kuat agamanya dan tidak ketinggalan informasi dunia luar. Sebelum usianya genap 18 tahun, beliau hijrah ke Afghanistan untuk menjawab panggilan ulama-ulama mujahidin saat itu seperti Asy-Syahid (Insya Allah) Syaikh Abdullah Azzam Rahimahullah, Asy-Syahid (Insya Allah) Syaikh Tamim Adnani Rahimahullah serta Syaikh Usamah bin Muhammad Bin Laden Hafizhahullah meskipun orang tuanya sebenarnya pertama tidak terlalu menyetujuinya.

Di Afghanistan (1987-1994)

Beliau menyelesaikan latihan dasar kemiliteran dalam waktu yang singkat. Kecerdasannya mengundang decak kagum para pelatih. Salah seorang pelatih beliau, Hasan As-Sarehi mengatakan bahwa Khattab selalu merayunya agar dia diletakkan di barisan depan mujahidin saat berhadapan dengan tentara Uni Sovyet.
Dalam waktu enam tahun diwaktu usianya belum genap 24 tahun, Khattab telah menjadi salah satu komandan yang disegani oleh Uni Sovyet. Khattab juga ikut andil dalam operasi serta perencanaan penaklukan kota Jallalabad, Khost, dan Kabul di tahun 1993.

Di Tajikistan (1994-1995)

Di sini Khattab mendapat banyak pengalaman baru yang berharga. Pertama kali Khattab hanya melatih sekitar 100-120 mujahidin, lalu meningkat menjadi 300-400 orang dan lebih banyak seterusnya. Dan ketika di Tajikistan inilah Khattab kehilangan dua jari tangan kanannya karena sebutir bom tangan buatan sendiri.

Perang Chechnya I (1995-1996)

Pada tahun 1995 terjadilah pemberontakan di Chechnya.

Khattab berangkat ke Chechnya bersama 12 mujahidin dari Daghestan, Setelah itu Khattab memulai mengadakan program latihan dasar. Tak disangka sambutan dari pemuda di sana sangat luar biasa dan mereka berbondong-bondong untuk bergabung dengan mujahidin. Pernah ada seorang nenek yang menghampiri Khattab dan berkata: Saya ingin lepas dari Rusia dan hidup tenang menjalankan ajaran Islam, kami tidak ingin hidup dijajah Rusia,. Lalu Khattab bertanya:apa yang bisa engkau sumbangkan bagi mujahidin? Lalu nenek itu menjawab, aku tidak punya apapun yang bisa disumbangkan untuk mujahidin kecuali jaket yang sedang saya pakai ini, berikanlah kepada mujahidin. Mendengar ucapan nenek itu, Khattab menangis dan mulai saat itu Khattab berjanji tidak akan meninggalkan mujahidin di Chechnya, akhirnya tidak sekedar melatih, beliau juga bergabung dalam berbagai operasi mujahidin di Chechnya. Lalu Khattab diangkat sebagai salah satu jenderal di Chechnya.

Beliau wafat

Khattab digelar sebagai ‘Khalid bin Walid zaman ini’. Beliau wafat memperoleh (Insya Allah) kesyahidan pada awal bulan Shafar 1423 H dalam usia 33 tahun akibat racun surat yang dibawakan oleh seorang utusan musuh. Sumber lain mengatakan bahwa makanannya mengandung racun yang ditaruh oleh seorang pengkhianat.
“Bahwa surga  meminang segalanya..

Segalanya..”

Categories: Iseng...

Tarikh Hadits

March 26, 2011 Leave a comment

Oleh : Ust. Safaruddin

الفصل الاول

مظاهر اهتمام الصحابة بالسنة

الاول : الحرص على خضور مجلس رسول الله لسماعة و الرواية عنه والاقتداء به ولإلتزام بأوامره وتوجيهاته.

الثاني : حرص بعضهم على سماع الحديث من رسول الله ص.م اكثر من مرة ليحدث به غيره.

الثالث : كما حرصوا علي ان تنقل اقواله كما صدرت منه نقية غير مشوبة بشائبة وغير محرفة ادنى تحريف.

الرابع: من مظاهر اهتمام الصحابة بالسنة: تدوينها السنة فى صحف.

الفصل الثانى

كتابة السنة فى العهد النبوى

و من المعلوم ان النبى لم يامر بكتابة السنة كما امر بكتابة القران.

و هذه مراحل التدوين للسنة

1 . مرحلة النهى

2 . مرحلة الإذن

3 . مرحلة التدوين الرسمي للسنة

4 .  مرحلة ظهور المصنفات الحديثية

5 .  مرحلة التصنيف في الحديث الصحيح المجرد

وسوف نتحدث عن كل مرحلة بشي من التفصيل إن شاء الله………….!

1 . مرحلة النهي عن كتابة السنة

وردت احاديث مرفوعة فيه. عن ابي سعيد الخدرى ان رسول الله ص.م قال : ” لا تكتبوا عني ومن كتب عني غير القران فليمحه وحدثوا عني ولا حرج ومن كتب علي متعمدا فليتبوا مقعده من النار”

2 . مرحلة الاذن عن كتابة السنة / مرحلة التدوين الفردي

عن ابي هريرة عن النبي ص.م في فتح مكة بعد خطبته: ” اكتبوا لابي شاه”

وعن ابن عباس قال: لما اشتد بالنبى ص.م وجعه قال: ” ائتني بكتاب اكتب لكم كتابا لا تضلوا بعده”.

اقوال العلماء بين ادلة النهي والاذن.

# . ان النهي النبي كان موجها لمن يثق بحفظه خشية اتكاله علي الكتابة, واما من لم يثق بحفظه فقد أذن له بالكتاب.

# . ان حديث النهي منسوخ بحديث الإذن بالكتاب (ومال الخطابي الى هذا), فقد كان النهي حين خيف اخطلاطه بالقران.

# . ان النهي كان منصبا على الكتابة فى صحيفة واحدة.

ومما يدل على ناسخية ادلة الإذن للنهى تأخر

ـ حديث ابن عباس لأنه كان فى مرض وفاته ص.م

ـ حديث ابي شاه كان فى فتح مكة

والقول بالنسخ اقوى الأقوال واولى ها بالقبول, لعل نهى النبى ص.م عن كتابة ماعدا القران فى اول الامر حين اخطلاط القران بغيره, فلما أمن النبي ص.م ذلك وتميز اسلوب القران لدى الصحابة أذن لهم فى كتابة الحديث

اقوال العلماء حول الجمع بين ادلة النهي والإذن.

# . النهى خاص بكتابة الحديث مع القران في صحيفة واحدة, لئلا يختلط الحديث بالقران, والإذن في كتابة الحديث في صحيفة واحدة.

# . النهي خاص بمن يوثق بحفظه, ويخشى اتكاله على الكتاب اذا كتب, والإباحة خاصة بمن لا يوثق بحفظه.

# . خوف النبي ان ينشغل المسلمون بالسنة عن القران.

فقد ثبت ان الصحابة كانوا يدونون السنة المطهرة.

3  . مرحلة التدوين الرسمي للسنة

المراد الرسمي : ان تتولى الدولة عملية التدوين وتشرف عليها بنفسها

كانت هذه المرحلة فى خلافة عمر بن عبد العزيز , وقبله قد حاول عمر بن الخطاب تدوين السنة رسمية لكن لا ينفذه مخافة ان ينشغل الناس بالسنة عن القران. وكذا عبد العزيز بن مروان والد عمر بن عبد العزيز.

قال البخارى: كتب عمر بن عبد العزيز الى ابي بكر بن حزم, انظر ماكان من حديث رسول الله ص.م فاكتبه فاني خفت دروس العلم وذهاب العلماء ولا تقبل الا حديث النبي ص.م

وايضا امر عمر بن عبد العزيز محمد بن مسلم المشهور بابن الشهاب الزهرى فكتب الأحادث دفترا فبعثه على كل ارض له.

الصحف الحديثية

ولقد كتب عدة صحف حديثية فى زمانه ص.م وبعد زمانه زان كانت هذه الصفح لم تصل الينا بعيننا منها….

*صحيفة علي بن ابى طالب

* الصحيفة الصادق لعبد الله بن عمر بن عاص

* الصحيفة الصحيحة لجابر بن عبد الله الانصارى

* صحيفة عبد الله بن عمر بن الخاطب

مرحلة ظهور المصنفات الحديثية

وما ان اصدر الخليفة الرسيد و الامام العادل عمر بن عبد العزيز امره الكريم بتدوين السنة المطهرة, وبدات المصنفات الحديثية فى الظهور.

اهم المصنفات الحديثية التي صنفت فى قرن الثانى الهجرى

-الموطا للامام مالك بن انس, امام دار الهجرة, ت (179 ه )

اهم المصنفات الحديثية التي صنفت فى قرن الثالث الهجرى

وهذا القرن الذهبى للتصنيف فى السنة المطهرة :

. مصنف الامام عبد الرزاق بن همام الصنعانى

. مصنف الامام عبد الله بن محمد بن ابى شيب

. مسند الامام احمد بن محمد بن حنبل

. سنن الامام عبد الله بن عبد الرحمان الدارمى

وغيرهم……

5 .  مرحلة التصنيف في الحديث الصحيح المجرد

كان الائمة – قبل الامام البخارى – يجمعون فى مصنفاتهم الحديثية بين الححديث الصحيح والحسن و الضعيف, تاركين التميز الى معرفة القارئ, الى ان جاء الامام البخارى, فرأى ان يخص الحديث الصحيح بالجمع والتصنيف, فالف كتابه ( الجامع الصحيح )

ثم تلا الامام البخارى فى الحديث الصحيح و تجريده , تلميذه النجيب : الامام مسلم بن الحجاج, فصنف كتابه الصحيح المعروف  ( صحيح الامام المسلم ).

الفصل الثالث

الصحابة المكثرون من رواية الحديث

و المكثرون سبعة وهم عاى الترتيب:

ابو هريرة ت 57 الهجرية واحاديثه 5374 حديثا

عبد الله بن عمر ت 73 الهجرية واحاديثه 2630 حديثا

انس بن مالك ت 92/93 الهجرية واحاديثه 2286 حديثا

عائسة ت 57 الهجرية واحاديثه 2210 حديثا

عبد الله بن عباس ت 68/71/72 الهجرية واحاديثه 1660 حديثا

جابر بن عبد الله ت 78 الهجرية واحاديثه 1540 حديثا

ابو سعيد الخدري ت 74 الهجرية واحاديثه 1170 حديثا

 

Categories: kajian sabi'

Manahijul Muhadditsin

March 26, 2011 Leave a comment

Oleh : ust. Muhammad Iqbal*

التمهيد

فصلان

الفصل الأول : منكرو السنة و الرد عليهم

لأهمية السنة في بناءالتشريع الإسلامي اهتمت بها الأمة اهتماما بالغا و سخّروا لها كافة جهودهم و كل طاقاتهم,ابتداءَ من الصحابة رضوان الله عليهم,و تمخض عن هذا الإهتمام علوم عظيمة غايتها البحث في معاني الاحاديث النبوية الشريفة,و شكلها,و طريقة روايتها,و تمييز صحيحها من سقيمها,و لم يوجد رجل أو امرأة ممن روي الحديث الشريف إلاّ وله ترجمة خضعت لبحث دقيق من كل ناحية,و رغم ذلك ظهر في كل عصرمن ينكر السنة,و يطالب بالإكتفاء بالقرأن الكريم,بحجة ان السنة لم تنقل إلينا كما ينبغي,و هذا افتراء يدحضه عديد من الأدلة,و نوضح ذلك من خلال المبحثين الأتيين:

المبحث الأول

مزاعم منكري السنة قديما, والرد عليها

من يتأمل كلام منكري السنة قديما يجد هم يركزون على عدة مزاعم:هي

الأول:أن القرأن الكريم نزل بلسان العربي يفهمه من عرف العربية,و تفقه فيها,و قد ورد إلينا وروداَ قطعياّ لا شك فيه,فلا حجة إلى السنة كي تبينه…

الثاني:أن الله تعالى قد نصّ في كتابه العزيز على أنه قد حوى كل شيء و فيه تبين كل شيء,فلا حجة إلى السنة

الثالث:أن السنة قد وردت إلينا ورودا ظنياّ,لأنها قد نقلت عن طريق الرواة الذين يخطئون و ينسون و يكذبون,فالرواية باطلة,و ما تنقله باطل لا يصح الإحتجاج به.

الرابع:قالوا :”كيف نسوي بين القرأن الكريم الذي ورد ورودا قطعيا,و السنة التى وردت ورودا ظنيّا,و نخصص بها عام الكتاب,أو نقيد مطلقه.

و قد تصدى كثير من الأئمة و العلماء قديما و حديثا بالرد على منكري السنة و تفنيد مزاعمهم… و نتخير من هذه الردود رد الإمام الشافعي,و ابن أبي حاتم الرازي.

 

أولا:رد الإمام الشافعي

يعتبر الإمام الشافعي من أبلغ الردود و أبين المناقشات قديما,و مجمل رده و مناقشته لهم ينحصر فيما يلي.

أولا: أن الله تعالى نص في القرأن الكريم علي السنة,و ذلك في قوله تعالى “هو الذي بعث في الأميين رسولا منهم يتلو عليهم اياته و يزكيهم و يعلمهم الكتاب و الحكمة”

أن الكتاب و الحكمة لفظان يدلان علي معني واحد,و أن الحكمة هي الكتاب

قال تعالى “واذكرنا ما يتلى في بيوتكن من أيات الله و الحكمة” فالحكمة هي السنة,و أيات الله هي القرأن الكريم

ثانيا:قد فرض الله تعالي علينا التباع النبي ,فقال تعالى في السورة “النساء,65” , “الأحزاب,36”

فهذه الأيات و نحوها تدل على أن هناك أحكام و أوامر للرسول ليست في القرأن,و يجب علينا التباعها تنفيذا لأوامر الله تعالى في كتابه العزيز,و لا يمكن اتباعها الا بأخذها من الرواة الذين نقلوها,و مالا يتم الواجب إلا به فهو واجب كما يقول الأصوليون.

ثالثا: هناك بعض الأحكام التى نسخت في القرأن الكريم و جاءت مكانها أحكام أخرى,و لم يبين هذا النسخ الا السنة مما يجعلنا في حاجة إلى الأخذ بها.

المثال:”قال تعالى,البقرة,180″

فالأية تفرض و تقرر علي المؤمنين أن يوصوا لوالديهم و أقربائهم إذا أحسوا بدنو الأجل,و جاءت السنة بنسخ الوصية للوالدين و الأقربين,فقال النبي”لا وصية لوارث”

و لا دليل على هذا النسخ إلا بالسنة,فتطبيق حكم الله على الوجه الأكمل لا يكون إلا بالأخذ بالسنة,و ذلك حتى لا يعمل بأية قد نسخ الشرع حكمها.

 

ثانيا:

مناقشة الإمام ابن أبي حاتم الرازي للمنكرين للسنة

عاش الإمام ابن أبي حاتم الرازي في القرن الثالث و أوائل القرن الرابع الهجريين,و هو من أبراز الحريصين على نقل الرواية الصحيحة,و له مناقشات هامة في إثبات مشروعية الرواية في مقدمة كتابه “الجرح و التعديل”

أولا: أن الله تعالى قد جعل المسلمين عدولا يعتمد على شهادتهم و روايتهم,قال تعالى في السورة “البقرة,143” , فيه كلمة وسط و معنه يعنى “العدل”, و هم كذلك بتمسكهم بمبادئ دينهم,فهم يشهدون يوم القيامةعلى الأنبياء بأنهم بلغوا عن ربهم رسالاته إلى الناس بناء على إخبار الله تعالى و رسوله لهم بذلك.

ثانيا: قد ورد في أقوال الرسول الله وجوب أخذ السنن بنقل الرواة العدول لها,و من ذلك: الأمر بنقل الأخبار عنه رسول الله,و ذلك في قوله: “بلغوا عني ولو أية”,و حدثوا عن بني إسرائيل و لا حرج,”و من كذب عليّ متعمدا فليتبوأ مقعده من النار” و قوله :”حدثوا عني و لا حرج”

و حذر النبي من الكذب عليه, و بين عقاب من يفعل ذلك,فلا يحل التحديث عنه إلا إذا تأكدنا من صحة نسبة الحديث إليه,و لا نقبل رواية الكاذبين,و بذلك نصل إلى الحق من سنته.

المبحث الثاني

منكرو السنة حديثا,و تفنيد مزاعمهم

حديثا أنكر بعض الناس أن تكون السنة مصدرا للتشريع الإسلامي متذرعين بالعديد من احجج, و أهمها ما يلي.

أولا: القرأن الكريم حوى كل أمور الدين و وضحها بحيث يغيي عما عداه,قال تعالى”الأنعام,38″,أن الأخذ بالسنة يناقض ذلك.

ثانيا: الله تعالى من حفظ كتابه لأنهمصدر التشريع و لم يضمن حفظ السنة,قال تعالى”الحجر,9″ ولو كانت السنة دليلا من أدلة التشريع و حجة كالقرأن لتكفل الله بحفظها و لا يستطيع أحد أن يدعي أن السنة و صلت إلينا بنصها

ثالثا: لو كانت السنة حجة و مصدرا ن مصادر التشريع لتكفل النبي بكتابتها,و لعمل الصحابة و التابعون على جمعها و تدوينها صيانة لها من العبث و التبديل و التحريف و النسيان,لكن الثابت – هكذا يزعمون – أن النبي نهى عن كتابتها و أمر بمحو ما كتب منها, و كذلك فعل الصحابة و التابعون.

رابعا: ورد عن النبي ما يدل على عدم حجية السنة,و من ذلك قوله: “إن الحديث سيفشو عني فما أباكم يوافق القرأن فهو عني,و ما أتاكم عني يخالف القرأن فليس مني” و قوله “إذا حدّثتم عني حديثا تنكرونه – قلت أو لم أقله – فلا تصدقوا به, فإني لا أقول ما ينكر و لا يعرف”,فهذه الأحاديث تفيد وجوب عرض السنة على القرأن و أن نأخذ منها ما وافق القرأن.

و ما خالفه لا نقبله, فلا أهمنة للسنة,و دورها هو التوكيد والتكرار لما في القرأن الكريم.

خامسا: أكثر بعض الصحابة من التحديث عن الرسول عن الرسول كثرة لا تتناسب مع صحبته للرسول,مما يجل على أنه كان يتقوّل عليه لأهواءسياسة و شخصية,فكيف نثق فيما رووه إذن؟

سادسا: لم يهتم علماء الحديث بنقد المتن, فصححوا أحاديث كثيرة موضوعة و لو عرضت على مقاييس أخرى (غير السند) لتبين عدم صحتها.

مناقشة مزاعم منكري السنة حديثا

الأول: المراد بالكتاب في الأية الكريمة “الأنعام,38” يعني اللوح المحفوظ,و ليس القرأن كما يزعمون.

الثاني: و المراد بالذكر في الأية الكريمة ” ” يعني الشرع و الدين الذين بعث به رسوله,فهو يشمل القرأن و السنة ولا يخص أحدهما,و الدليل قوله تعالى”الأنبياء,7″

و قال ابن حزم-“أن الذكر هو القرأن”هذه الدعوى كاذبة,و الذكر إسم واقع على كل مل أنزل الله على نبيه من القرأن و السنة.

الثالث: كون الرسول أمر بعجم كتابة السنة, فليس ذلك دليلا على عدم حجيتها,و إنما كان ذلك لأسباب تقتضيها المصلحة, ومن هذه الأسباب: أن النهي كان أولا,و ذلك للتفرغ لحفظ القرأن الكريم و الاطمئنان إلى عدم اختلاطه بغيره.

و قد ثبت أن النبي أذن بكتابة السنة لبعض الصحابة في أول الإسلام,ثم كان الإذن لمن شاء أن يكتب بعد ذلك.

الرابع: الأحاديث التي احتجوا بها على عدم حجية السنة لا تنهض دليلا على رأيهم لأنها غير صحيحة.

الخامس: بالنسبة لزعمهم بأن الصحابة و التابعين زاجوا على السنة و تقولوا على الرسول,بحجة أن ما رووه بلغ من الكثرة حدا لا يتناسب مع صحبتهم للرسول,فهذا مدخوض,و الرد عليه لا يحتاج إلى عناء كبير.

 

الفصل الثاني

مكانة السنة في التشريع الإسلامي

السنة هي المصدر الثاني في التشريع الإسلامي بعد القرأن الكريم,و إنها حجة عند جميع المسلمين اتفاقا.

والأحاديث الصحيحة التي تؤكد أهمية طاعة الرسول و التمسك بسنته كثيرة.

قال رسول الله “تركت فيكم أمرين لن تضلوا بعدى ما إن تمسكتم بهما : كتاب الله و سنتي” و منها “كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبي, قالوا : يا رسول الله! و من يأبى؟ قال: من أطاعني دخل الجنة و من عصاني فقد أبي”

 

علاقة السنة بالقرأن الكريم:

السنة مرتبطة بالقرأن ارتباطا وثيقا,فقد تطون مفصلة لمجمله كبيانها لكيفية الصلاة,ففي الحديث :”صلوا كما رأيتموني أصلي” حيث تحديد الوقت و العدد و الكيفية,و نحو بيانها لكيفية الحج,ففي الحديث “خذوا عني مناسككم” و غير ذلك.

و قد تكون مخصصة لعامه,و من الأحكام التي جاءت عامة في القرأن الكريم الميراث في:”النساء,11″خصصته السنة بأن القاتل لا يرث,و لا يرث المؤمن الكافر و العكس.

و قد تكون موضحة لمشكله كتوضيح الشجرة كتوضيح الشجرة في “كلمة طيبة كشجرة طيبة” بأنها النخلة,و كتوضثح التثبيت في ” الأنعام,82″ أى بأن ذلك في القبر حين يسأل المؤمن.

وقد تكون موضحة لمبهمه, فلم يفهم الصحابة الظلم في قوله تعالى”الأنعام,”82″ فبين النبي ذلك للصحابة بأن المراد (الشرك) والستدل بقوله تعالى “إن الشرك لظلم عظيم”

 

 

Categories: kajian sabi'

Ilmu Da’wah

March 26, 2011 Leave a comment

Oleh : ust. Ali Rosyad*

المدخل فى علم الدعوة

1.       Pengertian Ilmu da’wah

Da’wah

Bahasa:  menyeru / menghimbau

Istilah : mengajak dengan himbauan kepada sesuatu dan memandu….

Tahapan-tahapan da’wah: menyampaikan, membina, menerapkan ( aplikasi )

Dalil:”هو الذى بعث فى الأميين رسولا منهم , يتلوا عليهم اياته, ويزكيهم, ويعلمهم الكتاب والحكمة,وان كانوا من قبل لفي ضلال مبين ”

: يتلوا عليهم اياتهmenyampaikan dan menjelaskan… adalah unsur pertama dalam da’wah

ويزكيهم ويعلمهم الكتاب: mendidik / membina

ويعلمهم الكتاب والحكمة : memprkatekan ( application )

Al kitab: Al qur’an

Al hikmah: As sunnah

Sebagaimana pendapat para ulama’: bahwa As sunnah pada hakikatnya adalah wasilah ( cara )untuk mempraktekan isi Al qur’an

Ilmu da’wah adalah: kumpulan kaidah-kaidah yang bersumber pada Al qur’an dan sunnah sebagai pedoman untuk menyampaikan,mengajarkan,dan mempraktekan islam kepada manusia

2.       Syubhat dalam memaknai da’wah

Dalam tahapan2 da’wah hanya sebatas 2 saja: menyampaikan dan menjelaskan, dan mengesampingkan dalam :  mengajarkan dan mendidik, dengan berdalil:

“ما على الرسول الا البلاغ, وما على رسول الا البلاغ المبين”

Mereka memaknai hanya dengan : menyampaikan saja

Bantahan: maksud dari ayat ini adalah berpalingnya manusia dalam berda’wah, sehubungan dengan mad’u itu menerima da’wah tidak dibebankan kepada rosul / da’i kecuali pada menyampaikan dan menjelaskan,sedagkan hidayah adalah urusan Allah. Namun Ketika da’wah itu diterima maka kewajiban da’i untuk mengajarkan ilmu agama dan menerapkannya dalam keseharian mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh rosulullah di makkah.

3.       Kemunculan ilmu da’wah

Da’wah dimulai dengan ilmu dan amal, sabar dijalan-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh rosulullah,

#. Hubungan dengan ilmu syar’i yang lain

Setiap ilmu syar’i mempunyai pembahasan masing-masing yang menyangkup ilmu islam secara keseluruhannya,yaitu: mil lah ( tauhid ), syari’ah ( usul&fiqih) , manhaj( da’wah ).

Sebagaimana da’wah para nabi & rosul: bertauhid kepada Allah semata,( an-nahl: 123, al an’am : 161-163 ). Setiap da’i mendakwahkan ke tauhid,syari’ah, manhaj. Untuk mempelajari tauhid, syariah,harus mengetahui manhaj & metode yang benar, dari ketiga itu saling berkaitan satu sama lain. Dalil : yusuf; 108.

Perbedaan dalam penyampain materi yang pertama dalam da’wah di sesuaikan keadaan daerahnya, permisalan: ( millah,syariah,manhaj)air yang keluar dari sumbernya mengalir ke sungai-sungai kecil mengairi tanah dan menumbuhkan tanaman dan dibuat air minum manusia.

4.       Hukum da’wah dan pembagian ilmu da’wah

Adalah wajib,menurut para ulama’ tapi berbeda dalam wajib ain / kifayah? Pada dasarnya perbedaannya hanya terletak di teori (nadhri ).

Dalil Ulama’ yang berpedapat wajib ain: al imron; 104, dalam kalimah (min): menunjukkan bukan sebagian, dalil diatas menunjukkan wajib setiap yang mukallaf. Hadist: amar ma’ruf yaitu: kalimat man ( umum )

Dalil ulama’ yang berpendapat wajib kifayah :  al imron; 104, dalam kalimah ( min ): sebagian, at taubah;122,  dalam amar ma’ruf nahi mukar memerlukan ilmu dan wawasan ( saqofah ) maka tidak wajib bagi yang tidak memiliki ilmu. Perbedaan diatas hanya bersifat kecil , walau tidak termasuk wajib kifayah,tapi masih ada hukum mubah dengan dalil : fusilat;33, berda’wah adalah berpahala sangat besar, karena da’wah islam ada 2 : da’wah kepada orang kafir memeluk islam dan da’wah kepada orang islam untuk islami, sebagiamana dalam hadist ad dinu nasihat dan tawasaubil haq wa tawasaubisshobri sebagai kunci sukses dalam hidup.

Maudhu’ da’wah adalah islam, sebagaimana definisi ilmu da’wah, perincian bab-bab pembagian ilmu da’wah sebagai berikut:

a.       Tarikh da’wah: dari zaman nabi adam sampai sekarang

b.      Usulud da’wah: sumber  nilai & rukun-rukunnya

c.       Manhaj da’wah: metode da’wah & aturan-aturannya

d.      Asalibud da’wah: tatacara dalam mempraktekan manhaj da’wah

e.      Wasail da’wah: penopang kesuksesan da’i dalam berdakwah

f.        Muskilah da’wah & akibatnya: permasalahan da’wah & penyelesaiannya.

5.       Mustholahat ilmu da’wah

Adalah: da’wah: islam & menerapkan islam dalam keseharian

da’i: penyeru islam,mengajarkan ilmu,dan membantu mempraktekannya

mad’u: obyek da’wah

millah: tauhid atau agama Allah ta’ala

syari’ah: hukum-hukum dalam islam

manhaj: aturan & arah ( khittah ) belajar,mengajar,dll

usulud da’wah: nilai, sumber da’wah & rukunnya

manahij da’wah: system da’wah( aqidah,ibadah,ekonomi,pemerintahan)

asalib da’wah: metode seorang da’i dalam berdakwah

wasail da’wah: penopang dalam berdakwah

Wallahua’lam.

Categories: kajian sabi'